Sacred house (lee ia valu)

Lee ia valu, or sacred houses (uma lulik in Tetum), are central to the spirituality and identity of the Fataluku people. Not just material structures, lee ia valu are also social institutions that are at the centre of Fataluku culture and governance systems, linking the past with the present, and connecting kinship groups through intricate social networks. Many lee ia valu were destroyed under Indonesian occupation. Since independence however there has been a resurgence of custom typified most noticeably with the restoration and rebuilding of lee ia valu. Building of lee ia valu is a priority for Fataluku families since independence, in order to provide a resting place for souls who passed away without a burial in Indonesian times.

Lee ia valu literally means ‘house with legs’, as they are built on pillars of tree logs, with a roof thatched with arenga palm over a lattice of roof spars. The roof structure is decorated with long plaits of sea shells (le lilire, le poke) and comb fans (fia). The sides of lee ia valu are adorned with intricate carvings and paintings.

Photo: Lee ia valu in aledia Mauloho, sub-district Lospalos.

 
Video: Lee ia valu in aledia Mauloho, sub-district Lospalos.
 
The lee ia val in the aldeia Mauloho, sub-district Lospalos, is adorned with carvings of sea faring images, such as boats and fisherman, as well as naturalistic images of one and two-headed snakes, yellow stars with a red centre, flowers, and circular painted images in yellow and white that indicate stars. All cultural events, like welcome rituals (no lolo) are held when the stars are in the right place in the sky, in accordance with each clan group’s chosen alignments.
 
 

Video: Carvings and paintings adorning a Lee ia valu in aledia Mauloho, sub-district Lospalos.

At the front of the lee ia valu is a mound of rocks, which may be where ancestors are buried. Traditional Fataluku houses contain important key ritual elements, including the posts (tutu), ridge pole (pui ina), ladder (ke'eru), and hearth (lafuru - aca kaka). The ritual planting of the initial 'elder sibling post' (tutu kaka) symbolises the inaugration of a lee ia valu.

Photo: Painted carvings adorn the sides of lee ia valu in aldeia Mauloho, sub-district Lospalos.

 
Video: Lee ia valu in aldeia Mauloho, sub-district Lospalos.
 
To build a lee ia valu, a family must ask permission first from elders, and take part in a ceremony to ask for permission and success in the house building process. Building a lee ia valu is expensive, a single log can cost several thousand dollars now due to the dwindling supply of hardwood timber in Timor’s remaining forest areas. The sequence of elaborate ritual sacrifices that must be conducted to protect the physical and spiritual health of those commissioning the occupants also adds to the costs.
 
Lee ia valu are inaugurated in elaborate cultural ceremonies called le masule.
 
Lee ia valu, rumah adat, adalah pusat spiritualitas dan identitas masyarakat Fataluku. Lee ia valu dibangun dengan pilar-pilar pohon kayu, dengan atap jerami dari daun kelapa dan sisi yang dihiasi dengan lukisan-lukisan dan ukiran-ukiran yang rumit.

Lee ia valu, atau rumah-rumah adat (uma lulik dalam Bahasa Tetum), adalah pusat spiritualitas dan identitas masyarakat Fataluku. Tidak hanya struktur material, lee ia valu, juga merupakan lembaga sosial yang berada di pusat kebudayaan Fatalaku dan sistem pemerintahan, yang menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang, serta menghubungkan kelompok kekerabatan melalu jaringan sosial yang rumit. Banyak lee ia valu dihancurkan di bawah pendudukan Indonesia. Meski demikian sejak kemerdekaan telah terjadi kebangkitan ada besar-besaran ditandai dengan pemilihan dan pembangunan kembali lee ia valu. Membangun lee ia valu adalah prioritas bagi para keluarga Fataluku sejak kemerdekaan, guna menyediakan tempat peristirahatan bagi jiwa-jiwa yang meninggal tanpa pemakaman pada masa Indonesia.

Lee ia valu secara harafiah bermakna ‘rumah dengan kaki’ karena dibangun di atas pilar-pilar pohon kayu, dengan atap jerami dari palem arenga di atas kisi kerangka atap. Struktur atap yang dihiasi dengan anyaman panjang kerang laut (le lilire, le poke) dan kipas sisir (fia). Sisi lee ia valu dihiasi dengan lukisan-lukisan dan ukiran-ukiran yang rumit.

Lee ia val di Desa Mauloho, sub-distrik Lospalos, dihiasi dengan ukiran gambar pekerjaan di lautan, seperti perahu dan nelayan, serta gambar naturalistik ular berkepala satu dan dua, bintang kuning dengan pusat merah, bunga-bungaan, dan gambar melingkar berwarna kuning dan putih yang menunjukkan bintang. Semua acara budaya, seperti ritual selamat datang (no lolo) diadakan ketika bintang berada di tempat yang dianggap tepat di langit, sesuai dengan keberpihakan yang dipilih masing-masing kelompok klan.

Pada sisi depan lee ia valu adalah gundukan batu, kemungkinan tempat nenek moyang dimakamkan. Rumah-rumah tradisional Fataluku mengandung unsur kunci penting dalam ritual, termasuk tiang (tutu), bubungan (pui ina), tangga (ke'eru), dan perapian (lafuru - aca kaka). Penanaman ritual awal 'tiang saudara tua' (tutu kaka) melambangkan peresmian sebuah lee ia valu.

Untuk membangun sebuah lee ia valu, sebuah keluarga harus meminta izin, dan mengambil bagian dalam upacara untuk meminta izin an kesuksesan dalam proses pembangunan rumah. Pembangunan sebuah lee ia valu terbilang mahal, sebuah pilar kayu dapat berharga ribuan dolar lantaran pasokan kayu keras gelondongan terus menyusut di wilayah hutan yang tersisa. Urutan pengorbanan ritual rumit yang harus dilakukan untuk melindungi kesehatan jasmani dan rohani dari para pelaksana penghuni juga menambah biaya.

Peresmian lee ia valu dalam upacara kebudayaan yang rumit dikenal sebagai le masule.

Can't find what you're looking for? Try viewing the site map.

Please share Many Hands International on your social networks
Receive occasional news & information
  
Your Email: