Bamboo trumpet (keko)

Keko (kokotere in Tetum) is a trumpet-like instrument made of bamboo and akadiru (sugar palm) leaf. The keko is played exclusively as a solo instrument, used on ceremonial occasions as an instrument of announcement or welcome or at parties. It is part of a tradition passed down from ancestors. The bamboo tube is around 1.5 m long and approximately 5 cm in diameter. A cone shaped trumpet made out of akadiru leaf is attached to the top of the bamboo.

Photo: palm bell of the keko.

The mouthpiece is a rectangle of around 12 to 14 cm cut out of the bamboo tube, into which a small black tongue or reed carved out of bamboo or buffalo horn is also used is inserted and held in place by ratton twine.

Photo: bamboo mouthpiece of the keko.

The player of the keko holds the instrument horizontally with both hands, one each side of the mouthpiece, and blows into it while pushing the palm reed down and vocalising with vocal chords to vibrate the palm tounge and amplify the sounds down the tube. Keko sounds include imitation of animals such as dog, roosters and insects. Keko was found in two locations: in aledia Codo-altu, sub-district Lautem and in aldeia Soikili, sub-district Lautem. The instruments were very similar in appearance, but the songs differed, employing different breathing sequences.

Photo: Raimundo Marques Cabral plays the keko in aldeia Codo-altu, sub-district Lautem.

 
Video: Raimundo Marques Cabral playing the keko.
 
 
Video: Amando Dias Quintas playing the keko in aledia Soikili, sub-district Lautem.
 
Keko (kokotere dalam Bahasa Tetum) adalah instrument menyerupai terompet yang terbuat dari bambu dan daun akadiru (aren). Keko dimainkan dengan eksklusif sebagai instrument solo, digunakan pada acara-acara seremonial, sebagai alat untuk pengumuman, penerimaan, atau pesta. Alat ini merupakan bagian dari tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, berupa tabung bambu dengan panjang sekitar 1,5 m dan diameter 5 cm. Sebuah terompet berbentuk kerucut yang terbuat dari daun akadiru melekat di atas bambu.

Corong mulut berbentuk persegi panjang berukuran 12 cm sampai 14 cm dipotong dari tabung bambu, dengan lidah hitam kecil atau buluh yang diukir dari bambu, atau tanduk kerbau yang juga digunakan, dimasukan dan dipegang oleh benang rotan.

Pemain keko memegang instrumen dengan horizontal menggunakan kedua tangan, masing-masing di sisi corong, dan meniup sembari mendorong telapak tangan ke buluh bawah dan vokalisasi dengan pita suara untuk menggetarkan lidah palem dan memperkuat suara ke tabung. Bunyi keko termasuk imitasi suara binatang seperti anjing, ayam jantan, dan serangga. Keko ditemukan di dua lokasi: di Desa Codo-altu, sub-distrik Lautem. Instrumen-instrumen ini terlihat sangat mirip satu sama lain, tetapi memiliki nyanyian-nyanyian berbeda, dan menggunakan rangkaian nafas yang berbeda.

Can't find what you're looking for? Try viewing the site map.

Please share Many Hands International on your social networks
Receive occasional news & information
  
Your Email: