Weaving cloth (tais)

Once cotton is made into thread, it is woven into colourful cloth called tais. There are a number of steps involved in textile weaving (sisiran sile). First, a warp is prepared. A ball of cotton is placed in a coconut shell (sometimes with a hole in the bottom to allow the cotton to dispense from it). A wooden warp of around two metres in length and one metre in width is wound with cotton thread, strung vertically from one end to the other, passing the coconut around the loom to release the string.


Photo: Warping thread onto a weaving warp

Video: Warping thread on a weaving warp in aldeia Caulutura, Fuiloro.

Cotton is then dyed, using plant dyes from bark, roots, leaves, flowers and other natural products. After being strung on a warp, cotton is grouped and tied into lengths of cotton, then is dyed in different ways to achieve different colours. The process of creating a design using dyes (tying threads and dyeing patterns) is known as futus. The prepared warp threads are immersed into boiling dye mixtures, cooled and immersed again depending on the number of colours to be combined. In Malahara, cotton was died a green colour from leaves boiled in a clay pot. In Caulutur, cotton was coloured a dark grey with ash from leaves drying over a fire.

Photo: Dyeing cotton using ash

Video: Dyeing cotton thread using ash from a fire in aldeia Caulutur, Lospalos sub-district.

Once the thread is dyed, the warp is transferred to the loom. The weaver then groups and lifts the threads using a flat wooden needle so the design sits over or on top of the cloth. These, the warp or vertical threads, are interlaced with the weft or vertical threads using a long flattened wooden needle.

Photo: Weaving tais.

Video: Weaving on a loom in aldeia Caulutur, Lospalos sub-district..


Photo: Weaving coloured tais on a loom in aldeia Malahara, Lospalos sub-district.


Photo: Tais, the final product of weaving, in aldeia Malahara, Lospalos sub-district.

Setelah kapas menjadi benang, kemudian ditenun menjadi kain berwarna-warni yang disebut tais. Ada sejumlah langkah yang dilakukan dalam tenun tekstil (sisiran sile). Pertama benang lusi disiapkan. Bola kapas ditempatkan dalam tempurung kelapa (terkadang dengan lubang pada dasarnya untuk mengeluarkan kapas). Benang lusi kayu sepanjang dua meter dan lebar satu meter diikat dengan benang kapas, digantung vertical dari ujung satu ke ujung lainnya, melewati kelapa di sekitar alat tenun untuk melepaskan tali.

Katun kemudian dicelup dengan pewarna tumbuhan dari kulit kayu, akar-akaran, dedaunan, bunga-bungaan, dan produk alami lainnya. Setelah digantung pada benang lusi, katun kemudian dikelompokan dan diikat memanjang, kemudian dicelup dengan cara berbeda untuk menciptakan warna-warna berbeda. Proses menciptakan rancangan menggunakan proses pencelupan (mengikat benang dan mencelup pola) dikenal sebagai futus. Benang lusi yang telah disiapkan dicelapkan dalam campuran pewarna mendidih, didinginkan dan dicelupkan lagi, tergantung pada jumlah warna yang ingin dikombinasikan. Di Malahara, katun diwarnai dengan pewarna hijau dari daun yang dididihkan dalam panci tanah liat. Di Caulutur, katun diwarnai abu-abu tua menggunakan abu deri dedaunan yang dikeringkan di atas api.

Sesudah benang dicelup, benang lusi dipindahkan ke alat tenun. Penenun kemudian mengelompokan dan mengangkat benang menggunakan jarum kayu datar yag dirancang untuk diletakan di atas kain. Dengan demikian, benang lusi, atau bentang vertikal terjalin dengan kain atau dengan benang vertikal menggunakan jarum kayu panjang pipih.

Can't find what you're looking for? Try viewing the site map.

Please share Many Hands International on your social networks
Receive occasional news & information
  
Your Email: